SIKAP
TOLERANKU MEWUJUDKAN KEDAMAIAN
Allah menciptakan manusia dengan beragam. Dari jenis
kelamin, warna kulit, rambut, wajah, pemikiran, sikap, sifat dan sebagainya. Kesemuanya itu bukti nyata bahwa keberagaman itu memang benar adanya. Dalam
sejarah bangsa kita, kita mengenal istilah bhinneka tunggal ika, yang berarti
bahwa Negara kita Indonesia tidak berasal dari satu jenis. Melainkan berbagai
macam agama, suku, budaya, bahasa dan adat istiadat. Namun hal tersebut
bukanlah penghalang bangsa menuju persatuan dan kesatuan. Hal tersebut sesuai
dengan ajaran Islam bahwasannya manusia diciptakan Allah Swt dengan
bersuku-suku dan berbangsa-bangsa sehingga memiliki kebiasaan yang
berbeda-beda. Untuk itu Manusia harus saling menghargai
agar terwujud kehidupan yang rukun, aman dan sejahtera. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Al-Hujurat [13]
Yang
artinya:“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Toleran menciptakan
kedamaian
Tiada henti hati kita berdecak kagum jika mengingat kisah
Rasulullah Saw. dengan keluhuran
akhlaknya dan kemuliaan budi pekertinya. Untaian kata yang tidak pernah
melukai, sikap diri yang sangat hati-hati dan keteguhan hati yang tak
tertandingi. Subhanallah, bahkan di kalangan
kaum kafir Quraisy
beliau dikenal dengan
“al-amin” yang artinya dapat dipercaya. Di
kalangan Yahudi beliau sangat
terkenal dengan toleransinya. Toleransi yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. terhadap agama-agama lain sangat jelas
sebagaimana terungkap dalam sejarah. Pernah suatu saat para pendeta dari agama
Nasrani datang kepada Rasulullah Saw untuk
mengetahui tentang agama Islam. Dalam beberapa hari mereka hidup bersama umat
Islam. Pada suatu saat sampailah mereka pada hari Ahad, hari dimana bagi orang
Nasrani adalah hari beribadah untuk mengagungkan Tuhannya. Rasulullah Saw
memberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan itu. Namun di lingkungan umat
Islam itu tidak ada gereja untuk mereka gunakan melakukan ritual ibadah, maka
problem seperti ini disampaikan kepada Rasulullah
Saw Kemudian Rasulullah Saw merelakan dan mempersilakan para pendeta itu untuk
melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya di masjid
Toleran adalah sifat atausikap
suka menenggang(menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya) yang erbeda atau
bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Dengan kata lain toleran yaitu memberi
kebebasan kepada orang lain untuk bersikap atau berpendirian sesuai
dengan keinginannya. Konsep dalam Islam yang paling dekat dari segi pengertian dengan konsep toleransi
barat ialah tasamuh yang
berarti sikap pemurah, penderma, dan gampangan. Atau juga dapat diartikan
dengan mempermudah, memberi kemurahan dan keluasan. Dalam konteks ibadah, tasamuh
berarti memberi kemudahan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban ibadah, seperti
sholat jama’ qasar dalam perjalanan ataupun tayammum jika tidak dapat menemukan
air untuk berwudhu. Namun dalam hal
sosial, tasamuh akan sangat bermakna bagi kehidupan manusia, karena kemudahan
dan kebebasan diberikan kepada orang lain untuk berpikiran yang berbeda dengan
pemikirannya, melaksanakan ibadah yang berbeda dengan ibadah yang dilakukannya.
Sehingga akan terjalin kehidupan yang harmonis dan saling menghargai dan menghormati satu sama lain.
Fanatik penyeimbang
sikap Toleran
Ada dua istilah Islam tentang sikap fanatik; 1)
Istiqamah adalah keteguhan hati dan 2) Ta’ashub adalah fanatik buta. Dari dua
istilah tersebut menunjukkan fanati memiliki positif dan negatif. Sehingga
fanatik yang berlebihan akan sangat membahayakan bagi kerukunan hidup umat
Islam dimanapun berada. Kisah tentang sikap fanatik buta di zaman Rasulullah
dikisahkan dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh ‘Amr bin Dinar Ra. dari
Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu,ia berkata:
Yang
Artinya:
”Dahulu kami pernah bersama
Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam di Gaza,
Lalu ada seorang
laki- laki dari kaum Muhajirin yang memukul pantat seorang lelaki dari
kaum Anshar. Maka orang Anshar tadi
pun berteriak:‘Wahai orang Anshar (tolong aku).’ Orang Muhajirin tersebut pun
berteriak:‘Wahai orang muhajirin (tolong aku).’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:‘Seruan
Jahiliyyah macam apa ini?!.’ Mereka berkata:‘Wahai Rasulullah, seorang
muhajirin telah memukul pantat seorang dari kaum Anshar.’ Beliau
bersabda:‘Tinggalkan hal itu, karena hal itu adalah buruk.’” (HR. Al Bukhari
dan yang lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar