SKI KLS 9 - MTS SA DARUL IHSAN

BELAJAR DAN TERUS BELAJAR

Sabtu, 30 Januari 2021

SKI KLS 9

 

Tradisi dan Budaya Islam Jawa

 

Tradisi Jawa bernuansa Islam yang masih terpelihara hingga saat ini, di antaranya seperti:

1.      Tahlilan

Tahlilan adalah upacara kenduri atau selamatan untuk berdoa kepada Allah dengan membaca surat Yasin dan beberapa surat dan ayat pilihan lainnya, diikuti kalimat-kalimat tahlil (laa ilaaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan tasbih (subhanallah). Biasanya diselenggarakan sebagai ucapan syukur kepada Allah Swt. (tasyakuran) dan mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia pada hari ke 3, 7, 40, 100, 1.000 dan khaul (tahunan).

Tradisi ini berasal dari kebiasaan orang-orang Hindu dan Buddha yaitu kenduri, sela-matan, dan sesaji. Dalam agama Islam tradisi ini tidak dapat dibenarkan karena mengandung kemusyrikan. Dalam tahlilan sesaji digantikan dengan berkat atau nasi dan lauk-pauk yang dibawa pulang oleh peserta. Ulama yang mengubah tradisi ini adalah Sunan Kalijaga dengan maksud agar orang yang baru masuk Islam tidak terkejut karena harus meninggalkan tradisi mereka, sehingga mereka kembali ke agamanya semula.

2.      Sekaten

Sekaten adalah upacara untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di lingku-ngan Keraton Yogyakarta atau Maulud. Selain untuk Maulud sekaten diselenggarakan pula pada bulan Besar (Dzulhijjah). Pada perayaan ini gamelan Sekaten diarak dari keraton ke halaman masjid Agung Yogya dan dibunyikan siang-malam sejak seminggu sebelum 12 Rabiul Awal.

Tradisi ini dipelopori oleh Sunan Bonang. Syair lagu berisi pesan tauhid dan setiap bait lagu diselingi pengucapan dua kalimat syahadat atau syahadatain, kemudian menjadi sekaten.

3.      Gerebeg Maulud

Acara ini merupakan puncak peringatan Maulud. Pada malam tanggal 11 Rabiul Awal ini Sri Sultan beserta pembesar kraton Yogyakarta hadir di masjid Agung. Dilanjutkan pembacaan pembacaan riwayat Nabi dan ceramah agama.

4.      Takbiran

Takbiran dilakukan pada malam 1 Syawal (Idul Fitri) dengan mengucapkan takbir ber-sama-sama di masjid/mushalla ataupun berkeliling kampung (takbir keliling).

5.      Penanggalan Hijriyah

Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara tidak langsung membawa pengaruh pada sistem penanggalan. Agama Islam menggunakan perputaran bulan, sedangkan kalender se-belumnya menggunakan perputaran matahari. Perpaduan antara penanggalan Islam dengan penanggalan Jawa adalah sebagai berikut :




No

Nama bulan dalam Islam

Nama bulan dalam Jawa

No

Nama bulan dalam Islam

Nama bulan dalam Jawa

1

Muharram

Sura/Suro

7

Rajab

Rajab

2

Safar

Sapar/Sopar

8

Sya’ban

Ruwah

3

Rabiul awal

Mulud

9

Ramadhan

Pasa

4

Rabiul akhir

Ba’da Mulud

10

Syawal

Syawal

5

Jumadil awal

Jumadil Awal

11

Zulqaidah

Kapit

6

Jumadil akhir

Jumadil Akhir

12

Zulhijjah

Besar




 

1.      Grebek

Grebeg adalah sebuah tradisi Jawa untuk mengiringi para raja atau pembesar kerajaan. Grebek pertama kali diselenggarakan oleh keraton Yogyakarta oleh Sultan Hamengku-buwana ke-1. Grebek dilaksanakan saat Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek di Yogyakarta diselenggarakan 3 tahun sekali yaitu: pertama gre-bek pasa, syawal diadakan setiap tgl 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Rama-dhan dan Lailatul Qadr. Kedua, grebek besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban dan ketiga grebek maulud setiap tanggal 12 Rabiul awal untuk memperingati hari Maulid Nabi Muhammad Saw. Selain kota Yogyakarta yang menyeleng-garakan pesta grebek adalah kota Solo, Cirebon, dan Demak.

2.      Sekaten

Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahada-tain, yang pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.

Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara seka-ten adalah keluarnya sepasang Gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama-ulama keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik sedikit ataupun banyak dari Gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam kehidu-pannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.

3.      Selikuran

Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan. Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut datangnya malam lailatul qadar, yang menurut ajaran Islam lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan ramadhan.

4.    Megengan atau Dandangan

Upacara untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kegiatan utamanya adalah menabuh bedug yang ada di masjid sebagai tanda bahwa besok hari sudah memasuki bulan Ramadhan dan semua wajib melaksanakan puasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah Kudus dan Semarang.

5.        Suranan

Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan tersebut masya-rakat berziarah ke makam para Wali. Selain itu mereka membagikan makanan khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda syukur kepada Allah Swt.

6.        Nyadran

Istilah nyadran berasal dari kata sadran dalam bahasa Jawa yang artinya ziarah atau nyekar (bahasa Jawa), dalam bahasa Kawi dari kata sraddha yg artinya upacara peringatan hari kematian seseorang. 

Nyadran adalah tradisi Jawa yang bertujuan untuk menghormati orang tua atau leluhur mereka, dengan melakukan ziarah kubur dan mendoakan arwah mereka. Di daerah lain nyadran diartikan sebagai bersih makam para leluhur dan sedulur (saudara), kemudian bersih desa yang dilakukan dari pagi sampai menjelang dzuhur.

 

7.      Lebaran ketupat

Lebaran ketupat disebut juga dengan Bakda Kupat dilaksanakan seminggu setelah pelak-sanaan hari raya Idul Fitri. Ketupat adalah jenis makanan yang dibuat dari beras dengan janur (daun kelapa yang masih muda) dan dibentuk seperti belah ketupat.

 

 









































Tidak ada komentar:

Posting Komentar